3

#MaternityStory Part 6: Flu Berat di Trimester Ketiga

Haloo teman-teman~

Jujurly, aku bingung mau kasih judul apa dan mau nulisin yang mana dulu. Tapi kayaknya… Menurut timeline sih ini yang terjadi duluan… Tadinya aku mau nulis Covid-19 di trimester ketiga, tapi belum tentu juga pas flu berat ini aku positif Covid-19. Cuma… Yah… Curiganya sih gitu, gara-gara PCR sebelum lahiran membuahkan hasil yang amaat sangaat membagongkan! Wkwk. Jadi sementara kita kasih nama “Flu Berat di Trimester Ketiga” dulu aja kali ya… Deal yaa? Deal.

Jadi ceritanya gini guys…

Setelah babymoon dan mitoni versi pandemi kemarin, kan terus Lebaran yaaa. Idul Fitri gitu guys. Keluarga kami kumpul-kumpul di rumah ibu seperti biasa. Keluarga besar yang skalanya kecil dari pihak ibu juga ikutan kumpul. Nah karena bulan Mei-Juni 2021 kemarin tuh cuaca lagi puanaaaaas banget… Aku tuh kalap minum es kebanyakan. WKWK. Terus bener-bener sekitar 2-3 hari pasca Lebaran, aku flu. Jadi, kalo aku sih, aku 100% yakin bahwa akutu kena flu berat karena kebanyakan minum es aja.

Sebagai pertolongan pertama, aku minum wedang tomat panas. Terus banyak minum air madu. Bener-bener gak berani minum obat apapun karena lagi hamil yekan~ Sempat demam sehari terus turun di tanggal berapa belas Mei gitu.. Tapi karena ga punya termometer ga ngukur berapa derajat celcius-nya. Terus aku googling cara alami meredakan batuk-pilek untuk ibu hamil. Yaudah akhirnya aku bersahabat dengan uap, mandi air hangat, dan pake humidifier. Aku juga bersahabat erat dengan minyak kayu putih.

Tapi…

Baca lebih lanjut
1

Menyikapi Pandemi

*inhale*

*exhale*

Hai teman-teman~

Kita berjumpa lagi di tulisan kali ini, yang kira-kira sudah 1,5 tahun-an kita menghadapi pandemi Covid-19 di Indonesia~ Yap. Pertama kali denger kasus Covid-19 di Wuhan dan pertama denger kalo corona-virus ini yaa kayak sepupunya SARS sama MERS aja gitu, aku nggak terlalu worry.

Kenapa? Karena ketika SARS dan MERS mewabah, Indonesia masih cukup aman-aman saja.

Eh taunya… Karena sekarang mobilitas orang begitu mudahnya, Covid-19 masuk ke Indonesia begitu saja dan menghantam seluruh dunia, menjadi global pandemic yang bikin kacau balau se-jagad raya.

Jujur… Aku sempat stress sih. Apalagi kerjaanku sebagai penyiar radio & news presenter kan nggak bisa di-work-from-home-kan ya? Rasanya berdosa gituu masih keluar-keluar rumah ketika yang lain pada bisa stay at home. Bahkan aku sempat rehat dari medsos semingguan dan emosiku dibikin roller coaster banget di awal pandemi. Kayak merasa bersalah masih harus keluar-keluar rumah, tapi aku gabisa kalo ga keluar rumah karena kerjaanku di luar semua.

Sampai lama-lama mulai terbiasa dengan pandemi dan memutuskan untuk menyikapi pandemi ini dengan tenang meski agak ngos-ngosan…

Baca lebih lanjut
0

Sebuah Renungan tentang Puasa

Pernah nggak sih… Selama bulan Ramadhan yang udah jalan semingguan lebih ini, kamu jalan-jalan, terus lihat warung-warung dipenuhi oleh mas-mas, bapak-bapak, mbak-mbak, ibu-ibu, baik yang berjilbab maupun tidak? Oke. Aku mau ber-positive thinking dulu.

Mungkin… Mas-mas, bapak-bapak ini bukan muslim, memang tidak menjalankan ibadah puasa… Atau mungkin, pekerjaan mereka membutuhkan tenaga fisik yang sangat berat sehingga diperbolehkan untuk tidak berpuasa… Atau mungkin lagi sakit kali ya?

Mungkin… Mbak-mbak, ibu-ibu yang tak berhijab ini, bukan orang muslim… Dan mereka yang berhijab mungkin adalah wanita yang sedang mendapatkan tamu bulanan hingga tidak diperbolehkan berpuasa. Atau mungkin lagi sakit juga bisa. Atau mungkin (lagi), memang sudah sepuh, sudah tua, hingga diperbolehkan untuk tidak berpuasa juga… Mungkin ya?

Tapi…

Aku melihat remaja putri berseragam SMA/SMK swasta muslim, berduyun-duyun memadati angkringan. Iya. Serombongan. Memang mereka semua lagi haid ya?

Aku melihat unggahan instagram story atau WhatsApp status para lelaki kenalanku di beberapa tempat, siang hari, nampak sedang bersantap siang di warung makan. Mengecap pahitnya kopi, atau hangatnya teh manis. Siang hari. Bukan foto late post yang tentunya aku akan tahu lah ya~

Kenapa?

Aslinya, saya ini males ngomentarin masalah ibadah. Wong ibadahku wae durung bener. Sholatku masih suka kelupaan (terutama subuh hahaha). Terus jilbab yang katanya wajib-wajib itu, juga saya enggak pake. Hahaha.

Bagi saya, manusia hidup ini memilih dosanya masing-masing. Orang berhijab tapi minum alkohol? Ada. Rajin sholat 5 waktu tepat tapi mulutnya suka menebar fitnah? Ada. Yang biasa-biasa aja, menjaga pergaulannya agar tidak kebablasan dari norma agama dan moral masyarakat, tapi nggak pake hijab dan sholatnya bolong-bolong? Ya ada.

Prinsipku:

Ibadah adalah ranah manusia dengan Tuhannya. Gak usah diganggu dan nggak usah mengganggu. Aku nggak akan ngata-ngatain kamu yang nggak puasa, karena aku juga gak mau dikata-katain masalah aku tidak berhijab. Mudahnya, urusi surga dan nerakamu sendiri, karena aku juga tidak mau orang lain mencampuri urusan surga dan nerakaku sendiri.

Aslinya, kalo nggak kesenggol, saya ini males muring-muring. Tapi, kok ya gemes banget lihat fenomena masa kini. Dimana orang yang di KTP-nya tulisannya agamanya Islam, tetapi memilih tidak berpuasa di bulan Ramadhan, malah dengan bangganya memamerkan ketidakpuasaannya. Oh. Dan bahkan dari cara bicaranya ketika bertemu teman-teman yang berpuasa, seolah mengolok dan berkata “heh kamu ngapain puasa? sini mbatal aja~”

Hhhh…

Bagi kamu, yang mungkin merasa.

Memilih nggak puasa itu nggak apa-apa. Itu urusanmu dan Tuhanmu. Hablum minallah-mu. Dan aku nggak peduli dengan itu… Bodo amat.

Tapi jangan lupakan hablum minannas-mu dengan sesama manusia di sekelilingmu… Manusia-manusia yang memilih untuk berpuasa di bulan Ramadhan ini… Kamu mau nggak puasa ya terserah, tapi jangan ejek kami yang memilih berpuasa di bulan Ramadhan.

Kalo kembali dalam pengibaratan dalam prinsip… Ya kalo kamu gak memilih “jalan surga” yang sama sepertiku, yaudah, diem aja, jangan terus menghina “jalan surga” yang saya pilih. Berlaku sebaliknya. Jadi, kalo sekarang saya ngatain kamu yang nggak puasa, itu karena kamu menghina “jalan” yang saya pilih, yang bertentangan dengan jalanmu.

Paham?

Jadi, kalo beda jalan, mending diem aja wes. Gak usah banyak ribut. Gak usah menghina yang berbeda pilihan kalo gak mau dibales dikatain. Ini berlaku gak cuma buat pilihan puasa-gak puasa di bulan Ramadhan… Ini berlaku juga buat yang lain, buat pilihan presiden mungkin?

Oh dan dari masa awal-awal puasa…

Saya jadi ingat pelajaran guru SD kelas V saya, namanya Bapak Muchadjat Muchtar Dibyo~

Kala itu, kami sedang belajar bahasa Jawa, tepatnya tentang aksara jawa. Kami belajar aksara pasangan saat itu, dan ada beberapa pasangan yang tetap menyerupai bentuk aslinya, berbeda dari bentuk aslinya, diletakkan di bawah, dan diletakkan di atas. Tiba saatnya kami belajar tentang pasangan aksara Jawa yang letaknya di atas dan beliau berkata,

“Supaya gampang pangeling e, pasangan aksara Jawa sing panggone neng ndhuwur kuwi pasangan Pa, pasangan Sa, lan pasangan Ha. PA SA HA. Pasaha utawa pasa a, supaya dadi manungsa kang utama  Panggonane wong kang utama iku ya neng ndhuwur .”

Translatenya kira-kira begini:

“Agar mudah mengingatnya, pasangan aksara Jawa yang letaknya di atas adalah pasangan Pa, pasangan Sa, dan pasangan Ha. PA SA HA. Pasaha atau puasa lah, agar menjadi manusia yang utama. Karena tempat bagi orang yang utama itu ya di atas.”

Selamat siang dan selamat menjalani aktivitas 🙂

0

Pembelaan Halu Buat Fahri

Let’s start the 2018 with movie review! Sebenernya useless sih karena situs www.thefreakyteppy.com udah kasih review yang SUPER BENER. Astaga. Hahaha. Ngakak banget. Tapi setelah kubaca-baca lagi, mohon maaf mbak Teppy, saya punya pembelaan (yang halu of course) buat Mas Fahri dan Ayat-Ayat Cinta 2.

Agaknya saya nggak perlu cerita ya alur dan setting dan segala tetek bengek Ayat-Ayat Cinta 2 karena pastinya netizen yang budiman udah pada nonton—atau baca review Mbak Teppy yang spoiler sekali wkwk aku suka—sehingga agaknya udah tau dong ya siapa jadi siapa? Alur ceritanya gimana? Betapa ganteng dan macak daddy long legs-nya Fahri? Betapa syantiqnya Hulya dan Keira? Nah kalo gitu langsung aja saya kasih pembelaan buat Aa’ Fahri dan film ini.

*warning: spoiler banget dan saya bakal banyak screenshots dari web-nya Mbak Teppy buat dikomentarin ya*

Baca lebih lanjut

0

Dream Wedding?

Garden. Flowers as the decoration. A hand bouquet full of roses. Simple and elegant dress or modern kebaya. An elegant tuxedo. Pop-jazz music. One simple traditional dance for opening of the party. Kira-kira itu beberapa gambaran kalau ditanya soal dream wedding. Oh! Satu lagi. Tamu. Aku hanya mau bersalaman dengan orang-orang yang aku kenal atau (calon) suamiku kenal. Dengan kata lain, aku paling malas untuk beramah tamah dengan orang-orang yang tidak begitu kukenal di acara sepenting itu dalam hidupku.

Yap. Menikah adalah satu hal yang penting. Satu titik terpenting dalam hidup manusia, kurasa. Mengutip dari novel Critical Eleven milik Ika Natassa, menikah itu seperti menyeberang melewati jembatan, kemudian jembatannya dibakar. There’s no way back. Tidak ada jalan kembali menuju kehidupan sebelum kamu menikah. Bagiku, menikah adalah suatu hal yang sakral dan hanya akan terjadi sekali dalam hidupku. Menikah juga tidak semudah berkata “yes i do” ketika pria idamanmu memintamu menjadi teman hidupnya selamanya.

Baca lebih lanjut

0

Fisipol Art Days 2015: Good Place to Measure Your ‘Level of Kekinian’

Wohow! Selamat datang di Tahun 2016! Di bulan Maret ini, akhirnya berhasil menyapa lagi readers yang mungkin udah lumutan :”) Maafkan aku :’) But, I’m not going to waste your time, buddies! Akhirnya setelah sekian lama cuma kepikiran dan kepengen, sekarang kesampaian juga buat ngebahas salah satu pameran seni kontemporer yang diselenggarakan oleh mahasiswa-mahasiswa FISIPOL UGM untuk yang pertama kalinya. And you have to know guys, I’m super excited!

Fisipol Art Days 2015 digelar di selasar gedung BC, Kampus 1 (Bulaksumur) Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Acara ini digelar beberapa hari, bertepatan dengan kegiatan Kampung Sospol dalam rangka Dies Natalis FISIPOL UGM yang ke 60. Fisipol Art Days 2015 ini mengambil tema “Kekinian” dan memiliki serangkaian acara selain pameran seni kontemporer berupa foto, lukisan, audio, audio visual, dan beberapa instalasi. Diantaranya adalah acara malam Sastra, dan beberapa acara lain seperti penampilan teater dan musisi-musisi indie atau lokal yang entahlah aku tak terlalu tahu karena aku gak begitu concern ke musik lokal. Hehe. Maafken.

Hal pertama yang aku temukan waktu dateng ke Fisipol Art Days 2015 sendirian (iya sendirian, sendirian di kampus sendiri, sudah biasa~~) itu adalah sesuai banget sama tema. Yap. Ngeliat beberapa karya yang terpajang disini sangat mempertontonkan hal yang ‘kekinian’. Bahkan beberapa karya bisa jadi “tolok ukur” seberapa kekinian kah kamu? #eaa. Dalam tulisan kali ini aku bakalan bahas beberapa karya yang cukup menarik versiku sehingga membuatku ingin mengomentarinya #eaa (lagi).

Baca lebih lanjut

0

Questions

Hola! I’m back…

Maaf sempat hiatus lama dari dunia per-blog-an tanah air. And now, I’m going to discuss about “questions”.

Questions atau pertanyaan, bagiku adalah sebuah awal mula percakapan. Awal mula komunikasi berlangsung, mulai dari komunikasi intrapersonal hingga mungkin komunikasi massa. Believe it or not, semua jenis interaksi selalu berasal dari pertanyaan. Ketika kamu berkomunikasi dengan dirimu sendiri, pasti kamu sedang mempertanyakan sesuatu pada dirimu kan? Mempertanyakan hatimu mungkin? #eaa

Baca lebih lanjut